Pages

Minggu, 10 Juli 2016

PPG UNESA │Cerita kami Mahasiswi PPG dari Serambi Mekkah yang Idul Fitri Di Pulau Dewata Bali



Lebaran selalu identik dengan mudik ke kampung halaman dan berkumpul dengan keluarga besar untuk merayakan hari kemenangan bagi umat muslim yang telah menjalankan ibadah puasa selama sebulan. Hal itu berlaku bagi perantau dan mahasiswi seperti kami, tentunya liburan hari raya dimanfaatkan untuk mudik ke kampung halaman. Pengumuman libur telah di depan mata  dan disambut gembira oleh semua mahasiswa PPG (pendidikan prosfesi guru ) Universitas Negeri Surabaya tempat saya menempa ilmu selama satu tahun ini.
Begitu juga dengan kami ikut merasakan kebahagiaan tersebut karena bisa libur sejenak dari kegiatan workshop PPG, namun ada sedikit kesedihan dibenak kami dimana tradisi mudik ke kampung halaman tidak berlaku bagi kami. Ada beberapa hal yang membuat kami tidak bisa mudik kali ini yang pertama terkait pertimbangan keuangan yaitu harga tiket pesawat Surabaya-Aceh selangit mencapai 2 jutaan dimusim mudik seperti ini, mungkin ada sebagian orang menganggap kami pelit terlalu perhitungan dengan uang dan tidak mencintai keluarga, tapi bagi kami inilah wujud cinta dengan tidak pulang dan tidak membebankan orang tua untuk membantu tiket pesawat, cukup melalui pesawat telpon saja. Biarlah kepahitan ini menemani perjalanan hidup yang akan indah ketika kami ceritakan kepada anak cucu kelak.
Yang kedua alasan kami tidak mudik kali ini cukup menarik yaitu ingin menikmati masa lajang tahun terakhir dengan bebas dan bisa berpetualang kemana saja yang kami mau, iya prediksinya sih....tahun depan kami sudah tak sendiri lagi, mungkin akan berlebaran di rumah mertua bersama sang suami hehehe !!! (tolong di aminkan buat yang membaca ya ). Ini merupakan tahun kedua kami merasakan lebaran di perantauan, tahun yang lalu kami berleraban di daerah pengambdian guru SM-3T yaitu Kepulauan Anambas yang berbudaya melayu.
Setelah mendapat izin dari keluarga kali ini kami memilih berpetualang sekaligus lebaran ke Pulau Dewata Bali, iya kami memilih sebuah pulau yang tidak begitu jauh lagi dari Jawa Timur. Perbedaan budaya, agama dan keindahan Bali yang membuat kami tertarik ingin ke Bali, terlebih kami mempunyai teman mahasiswa PPG yang berasal dari Bali dan siap menjadi tour guide selama kami disana. Alhamdulillah kami mendapat kawan yang sangat toleransi dan mencarikan kami tempat untuk melaksanakan shalat id ditengah mayoritas penduduk yang beragama hindu.

Suasana shalat id di Lapangan Denpasar Barat

Alunan takbir di pagi itu tanggal 06 Juli 2016 seolah membangunkan kami dari mimpi, kalau sekarang kita sedang dirantau dan menjalani lebaran jauh dari keluarga, aku tau kalau takbir tadi sejenak melemahkan langkah kita, aku juga tau kalau takbir tadi membuat butiran bening jatuh dipipimu kawan, tapi satu hal disini aku bisa berpura-pura tegar hanya karena senyummu. Rasa haru itu kian bertambah ketika kami usai shalat id dan pulang kerumah di sambut dengan ketupat buatan mamanya Sasri yang sengaja dibuat untuk moment lebaran kami. Seolah-olah tahu apa yang sedang kami rasakan mamanya juga memeluk kami sambil mengucapkan selamat idul fitri dan itu sangat mengesankan bagi kami yang sedang merindukan keluarga.

Big thanks  untuk sahabat kami yang di Bali Ni Wayan Sasri  terimakasih yang tak terhingga buat Sasri dan keluarganya, terima kasih juga buat sahabat yang telah menemani pertualangan ini Syarifah Amna sang calon pengusaha sukses dan guru yang profesional.


 Ni Wayan Sasri (kiri) Fatimah Zaini (tengah) Syarifah Amna (kanan) sang calon guru profesional dan InsyaAllah mendapat gelar Gr.


0 komentar:

Posting Komentar

 

BIMBINGAN KONSELING

PENDIDIKAN

SM3T

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

PPG UNESA

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA